dhina dina part 1

Saat itu aku melihatmu. Untuk yang pertama
Ya,  di ujung kamar. dekat kolong ranjang yang di sana.

Hei, Saat itu wajahmu yang tembem. memerah karena tangisan.
Sungguh menggemaskan.
Membuatku sungguh tak tahan.

"Hei, aku Dhina"
Dia melongok. "Dhina?" Dengan aksen jawanya yang kental.
Bahkan akupun juga berbicara dengan aksen jawa yang kental.

"Dina" Hah? "Dina?" Dia mengangguk. Dan pembicaraan kamipun berlanjut

Ingatkah engkau tentang hal itu? Jika mengingatnya aku hanya tersenyum. Ya, menggelikan bukan.
Nama yang sama. Logat yang sama. dan Watak yang berbeda
.


Dan kemudian segalanya tak pernah lagi sama.


Kita bersama, dalam angan dan jangka waktu yang berbeda.
Kita berbagi, untuk sebuah rahasia yang mungkin hanya di ketahui Illahi
Kita bercanda, dalam rentang yang tak pernah di putuskan asa.

Eh, sampai saat ini, aku masih menunggumu lho,,
di situ, di ranjang tingkat 2 tempat kita biasa bercerita.
entah milikmu, entah milikku,
Eh, ak berkata hal yang sebenarnya,
walau ranjangku tak bertingkat seperti milik kita dulu,
meski, saat ini, ranjangku tak seberantakan dulu,
semoga kau nyaman saat kita bercerita,

Ingatkah? waktu kita hanya di malam hari,
saat kita berbincang tentang hati, mimpi. dan dunia.
Tentang harapan dan keputusasaan,
tentang diri dan hati, tentang segalanya.

Aku bahkan masih mengingatnya.
Saat kau bercerita tentang sahabat masa kecilmu.
Dan saat itu, aku berharap, aku bisa menggantikan tempatnya di hatimu,,
Saat kemudian, kau ingin dekat dengan seorang teman,
dan aku hanya mendengarkan ceritamu, sambil tersenyum.
berharap kau menyadari, bahwa teman yang akan selalu ada untukmu, telah duduk di hadapanmu

Hei, ingatkah kau, saat kita berdua selalu bertengkar tentang segala hal di hadapan teman-teman
saat kemudian kita tertawa tanpa henti setelah melakukannya
Dan yang lain hanya berkata bahwa kita adalah pasangan sahabat paling gila?
Ya. saat itu aku bahagia.
Dalam hatiku "ya, kami akan menjadi pasangan sahabat paling gila! selamanya"